Kupilih Dia atau Mereka
Yosua itulah
namanya. Ia seorang pelajar sekolah menengah
pertama, yang sudah memasuki tahun terakhirnya. Yosua memiliki teman spesial
yang bernama Aprilia. Dulu, Aprilia adalah kakak kelas Yosua yang usianya
terpaut satu tahun lebih tua darinya. Yosua dan Aprilia sudah menjalin hubungan
hampir dua tahun. Sampai saat ini mereka masih tetap menjalin hubungan walaupun
terbentang jarak di antara mereka.
Malam ini
begitu indah. Yosua memandangi langit yang bertaburan bintang-bintang.
Tiba-tiba telepon genggamnya berbunyi tanda ada pesan masuk, ternyata itu pesan dari kekasihnya. Ia cepat-cepat membalas pesan
itu. Aprilia berniat mengajaknya bertemu dan
menghabiskan waktu bersama untuk sekedar menghilangkan rasa rindu. Yosua pun menyetujuinya.
Pagi pun tiba.
Yosua melangkahkan kakinya menuju halte bus. “Semoga hari ini menjadi hari yang indah, Tuhan”, batinnya. Hari
ini para siswa di Kecamatan Ambarawa melaksanakan
upacara di lapangan Panglima Besar Jendral Sudirman guna memperingati hari kemerdekaan Indonesia. Tak terkecuali Yosua dan April.
Setelah upacara selesai Yosua kembali ke sekolah sama
seperti teman-temannya yang lain. April pun ikut ke sekolahnya. Tiba tiba
Afrida datang dan berkata, “Yos, habis ini kita kerja kelompok di rumahku”
deg ia lupa bahwa hari ini ia juga sudah berjanji akan mengerjakan tugas kelompok.
“Tapi bagaimana nasib April, aku pun sudah janji padanya. Ah bagaimana ini?!” batinnya
sambil mengacak rambut karena frustasi. Teman-teman sekelompoknya masih beristirahat sambil mengobrol.
Lama ia berpikir tetapi tak kunjung juga menemukan jalan keluar.
Tampangnya berubah menjadi kusut sekarang karena ia
kebingungan akan memilih bekerja
kelompok atau menghabiskan waktu dengan kekasihnya. Jika
dia memilih untuk bekerja kelompok, dia takut April akan kecewa karena rencananya
menghabiskan waktu berdua batal. Jika dia memilih untuk menghabiskan waktu
dengan April, dia takut tidak akan mendapat nilai karena tidak ikut mengerjakan
tugas kelompoknya.
Akhirnya teman-temannya pun mengajaknya untuk segera
bergegas mengerjakan tugas. “Ayo Yos, kita berangkat ke rumah Afrida”, kata Dyan. Yosua tetap diam dan menatap temannya dengan tatapan tajam. Dyan merasa
Yosua sedang kesal kepadanya. Dyan pergi meniggalkan Yosua dan segera
menghampiri teman-temannya. “Gimana nih? Jadi buat tugas gak?”, kata Dyan
sedikit kesal. “Ya Jadilah, sekarang di mana Yosua?”, jawab Adlin celingak
celinguk mencari keberadaan Yosua. “Tuh di depan lagi pacaran”, kata Afrida.
“Gila tuh anak, tugas belum jadi malah pacaran!”, sindir Adlin dengan suara
sedikit dikeraskan agar Yosua mendengarnya. “Jadinya gimana nih?”, kata Afrida.
“Udahlah tunggu aja bentar, kasihan juga mereka udah lama gak ketemu”, kata
Alma.
Lima belas
menit kemudian, Yosua dan April belum selesai juga berpacaran. Teman-teman
sekelompoknya sudah tidak tahan lagi harus menunggunya. Untuk kedua kalinya
mereka mengajak Yosua. Namun, Yosua tetap diam dan memberikan ekspresi yang
sama seperti tadi. Teman-teman sekelompoknya mulai berunding dengan emosi yang
semakin memuncak. “Jika kita terus menunggunya, kapan tugas kita akan selesai?Yosua
pasti akan lebih lama lagi, jika kita tidak memaksanya. Kita harus segera
mengambil keputusan”, tegas Afrida. “Bagaimana jika kita usir saja pacarnya?”,
kata Adlin. “Hus, jangan asal bicara
kamu, bagaimanapun juga dia itu lebih tua dari kita”, Dyan membenarkan. “Ya sudah, sekarang begini saja, jika dia
tidak mengikuti kerja kelompok, kita tidak akan mencantumkan namanya dalam
tugas ini”, tegas Dyan. “Sekarang, siapa yang ingin berbicara kepadanya?”tanya
Dyan. “Sudahlah, biar aku saja”, jawab
Adlin dan segera pergi keluar menghampiri Yosua. “Sekarang begini saja Yos,
jika kamu tidak ikut kerja kelompok, kami tidak akan mencantumkan namamu dalam
tugas ini”, kata Adlin dengan sedikit kesal. Yosua tetap diam tak menjawab.
Teman-temannya
pun segera berjalan meninggalkan Yosua. Tanpa mereka sadari, ternyata Yosua
sudah mengikuti mereka dari belakang. Sampai saat mereka akan naik angkutan
umum, mereka sadar jika Yosua sudah bersama mereka. Akhinya, mereka turun dari
angkutan umum. Mereka segera pergi meninggalkan Yosua.
Yosua sadar,
jika April tidak akan mungkin ikut bersamanya. Akhirnya, April memutuskan untuk
menunggu Yosua di Perpustakaan Daerah yang jaraknya cukup dekat dengan rumah
Afrida. Sesampainya di rumah Afrida, mereka segera mengerjakan tugas. Mereka
bertiga terkecuali Yosua, beradu pendapat tentang tugas kelompoknya. Saat
mereka menanyakan sesuatu kepada Yosua, dia selalu menjawabnya dengan singkat
dan sinis. Akhirnya, mereka merasa bersalah karena telah menghancurkan rencana
Yosua dan membuatnya marah. Lalu, mereka memudahkan dengan memberinya tugas.
Yosua merasa sedikit lega dan segera menyusul April ke Perpustakaan daerah.
Saat perjalanan ia mengirim pesan kepada April. Ternyata April sudah pulang
karena Perpustakaan Daerah tutup. Yosua merasa bersalah karena telah
mengecewakan kekasihnya. Ia berniat untuk kembali lagi kerumah afrida. Namun,
ia membatalkan niatnya karena merasa malu. Akhirnya ia memutuskan untuk pulang
dengan rasa kecewa yang mendalam.
Yosua merasa
kecewa dengan dirinya sendiri. Ia tidak bisa mengahabiskan waktu bersama
pacarnya, dan ia juga tidak bisa mengerjakan tugas bersama kelompoknya. Waktunya
terbuang percuma dengan menyia-nyiakan kedua pilihan tersebut. Yosua berjanji
akan pintar dalam membagi waktu antara tugas dan pacarnya. Dia akan
mengutamakan pacarnya dibanding tugasnya yang lebih penting.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar